Selasa

"Waktuku semakin sedikit...."

Sudah 2 hari ini orang tua dan adikku menginap ditempatku. Pagi itu aku merasa sangat senang karena setelah 4 tahun yang lalu akhirnya orang tuaku bisa mengunjungi kami hari ini. Jarak yang cukup jauh dan biaya yang tidak sedikit membuat kami jarang bertemu.
Setelah menunggu sebentar akhirnya kereta ekonomi jurusan surabaya-jakarta tiba juga distasiun jatinegara. Segera kulepaskan pandangan mata mencari pria tubuh tinggi tegap dan perempuan cantik yang masih terbayang dibenakku. Ya itulah gambaran ayah dan ibu dibenakku. Akhirnya kutemukan juga rombongan kecil itu. Beberapa kali memang bapak dan ibu mengunjungi kami. Terakhir 4 tahun lalu bersama rombongan besar keluarga dari kampung. Kali ini yang datang adalah Bapak,Ibu,adikku yang paling bungsu dan adikku yang di surabaya. mereka ke jakarta sebenarnya tidak sengaja,kebetulan ada acara wisuda adik kami yang dimalang aja akhirnya orang tuaku menyempatkan diri mampir di tempat kami.
Yang Paling membuatku kaget adalah kondisi emak (panggilanku ke Ibu) yang semakin menurun. Kulihat tubuhnya makin kurus dan jalannya pun sudah agak diseret. Tidak kusangka penyakitnya begitu cepat menggerogoti tubuhnya sehingga menjadi seperti ini. Tak kuasa kebendung air mata ini melihat kondisi emak. Seandainya ku tahu kondisinya seperti ini tidak akan kubiarkan dia melakukan perjalanan sejauh ini,biar saja nanti kami yang akan mengunjunginya. Penyakitnya memang sudah lama diidap emak, diabetes melitus orang biasa menyebutnya. Penyakit yang sering kudengar namun tidak pernah kusaksikan langsung akibatnya. Kini aku menyaksikan langsung orang tuaku berjuang melawan penyakit ini.
Beberapa waktu lalu memang kudengar emak tidak bisa jalan,aku langsung menelponnya dan memastikan keadaannya. Dari jawaban-jawabannya memang terdengar begitu pasrah dan tegar. Kucoba untuk menguatkan hati dan menanyakan ke kakakku yang berprofesi sebagai dokter. Jawaban pasti tidak aku dapatkan,dia juga sepertinya sudah pasrah. Dia hanya berpesan untuk lebih sering menelepon emak untuk membantu secara psikologis. selain itu?ya dengan obat dan doa..deg!hati ini semakin merasa bersalah.
Waktu itu semakin sedikit...
Semalam sepulang kerja dan setelah makan malam (mereka rela menungguku pulang kantor demi bisa melaksanakan kebiasaan kami makan bersama lesehan),satu lagi perisitiwa yang membuatku makin merasa bersalah,begitu setianya mereka menungguku pulang kerja yang keseringan tiba dirumah diatas jam 8 malam. Ya Allah..Terima kasih engkau menganugerahkanku keluarga yang begitu sayang padaku.
Sehabis makan malam seperti biasa kami ngobrol,sampai kemudian Bapak bilang "Ayo emak saatnya untuk suntik obatnya dulu..". Saya kaget,loh kok disuntik?suntik apa?
akhirnya kutanya adikku,"emak disuntik apa?,sejak kapan?"
"Disuntik obat diabetes,belakangan ini emak tiap hari harus disuntik."
Degg....dadaku makin berdebar,mataku mulai memerah dan berair. Coba kusembunyikan dengan melihat langit-langit rumah,aku ga mau adikku tau kalau aku sedih..
Ya Allah ternyata begitu banyak yang aku lewatkan. Selama ini aku terlalu asyik untuk mengejar pemenuhan kebutuhan pribadiku dan melupakan orang yang selama ini begitu mencintai dan menyayangiku. Aku sadar, waktuku semakin sempit...
aku harus berlari lebih kencang..
aku harus berjuang lebih keras..
aku harus membuatnya bangga..tanpa harus melewatkan saat-saat indah bersamanya..
Yaa Allah terima kasih Engkau telah mengingatkanku apa yang sebenarnya harus aku raih..Terima Kasih Engkau menyadarkanku untuk lebih memperhatikan orang-orang disekitarku,orang-orang yang begitu menyayangiku dan tiada letih mendoakanku..
Yaa Allah berikanlah aku kekuatan untuk bisa berlari lebih kencang,berpacu bersama waktumu untuk bisa membuatnya bangga..
Yaa Allah sungguh aku ingin membuatnya bangga tanpa harus melewatkan saat-saat indah bersamanya..Mudahkanlah jalannya..sebagaimana Engkau memudahkan jalan orang-orang yang engkau ridhoi...
Amiin...
Lubang buaya, maret 2009
Hadi

Kampung Pedagang

"Aneh..pade jelapan ntan nimpes!! yak te lampaq ni.." "ndot juluk..arak sak kemarean ni..kalem-alem bae ntan..belande masi jaok.." "Ni anu sai ni?coba pesopok ntan dendek pegelanyat meni.." "ayo..buruan berkemas!!kita akan segera berangkat" "ntar dulu..ada yang ketinggalan ni..pelan-pelan aja..belanda masih jauh." "ini punya siapa?coba disatukan jangan diberantakin begini.."
Itulah cuplikan percakapan yang masih terekam diingatan saat pulang kampung kemarin. Alhamdulillah Akhir Oktober 2008 kami sekeluarga bisa pulang kampung mengunjungi tanah kelahiran yang hampir 3 tahun ini selalu menjadi keinginan kami. Ya.."Pulang Kampung"merupakan keinginan yang begitu ingin kami lakukan namun sulit diwujudkan. selain karena waktu yang tidak pernah memungkinkan,biaya yang cukup besar untuk sekali perjalanan juga merupakan hal yang menghalangi kami untuk melaksanakanya.Mungkin bagi sebagian orang pulang kampung biasa dilakukan,namun bagi kami saat-saat itu adalah saat yang paling kami nantikan. Perlu waktu 2 tahun untuk menyiapkan segalanya,maklum penghasilan kami selama ini hanya cukup untuk menutupi kebutuhan hidup dikota ini.
Terlepas dari keadaan tersebut, ada kejadian menarik sewaktu kami pulang kemarin. Awalnya Kami dikejutkan dengan berdatangannya sekitar 5-6 mobil angkutan ke kampung kami malam itu. Kejadian ini termasuk jarang dikampung ini,karena hal ini biasanya terjadi kalo ada acara adat "Nyongkolan" (kawinan). Tapi itupun biasanya sore hari,jarang malam-malam begini. Ternyata setelah tanya sana sini akhirnya kami tau,kalau malam itu adalah malam keberangkatan sebagian besar pemuda dikampung kami untuk berjualan Gordyn(Gorden/tirai) ke Flores.Kegiatan ini sebenarnya setiap saat dilakukan namun menyambut natal dan tahun baru kegiatan ini dilakukan serempak sehingga menjadi lebih ramai dan semarak.Mengapa kok natal dan tahun baru?ya..karena menurut pengalaman,masyarakat flores dan sekitarnya memiliki kebiasaan mengganti gorden rumahnya setiap mau natal dan tahun baru(mungkin kalo ditempat kami seperti mengecat rumah atau masjid menjelang ramadhan dan maulid kali ya..). Bulan-bulan itu merupakan masa panen bagi pedagang gorden di kampung kami. Persiapannya sudah mulai dilakukan 1 ato 2 bulan sebelumnya. Mulai dari desain maupun kain yang digunakan semua direncanakan jauh sebelumnya. Kebiasaan ini sudah berlangsung puluhan tahun dan sebagian besar dilakukan pemuda dikampung kami. Tidak heran jika antara bulan oktober-desember pemuda dikampung ini menghilang.
Namun ada pertanyaan yang muncul dari beberapa orang dari luar kampung kami dan juga orang kami sendiri. Cerita tentang kesuksesan berdagang mereka diluar,kenapa tidak diimbangi dengan peningkatan taraf hidup masyarakat kami secara umum?Apa yang salah dengan masyarakat ini?Keuntungan yang demikian besar (menurut informasi satu orang bisa mendapatkan keuntungan puluhan juta) hampir tidak meninggalkan jejak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ini..Sebagian besar mereka (kalau tidak mau dibilang miskin) hidup pas-pasan malah cenderung miskin. Lalu kemana hasil berjualan mereka??
Yang jelas "tradisi" ini menjadi tontonan menarik yang menunjukkan bahwa sebenarnya pemuda-pemuda tersebut adalah para pekerja keras bukan pemalas seperti yang dicap kebanyakan orang. Semoga ini membangkitkan semangat mereka untuk terus bekerja memberi penghidupan yang layak bagi keluarga dan masyarakat sekitar.
Wassalam
hadi
Note: Najwa paling ingat dengan pulang kampung dan naik cidomo (andong)..belakangan ini hampir tiap hari dia mengajak untuk pulang kampung..Hmmm,mungkin dia kangen mbahnya kali ya....

"Ini Ayah Dedek..."

Pulang kerja adalah saat yang paling indah buatku..kenapa?karena saat itulah kebanggaanku sebagai seorang ayah sangat terasa. Aku ga ingat kapan tepatnya kebiasaan itu mulai ia lakukan..yang jelas sampai detik ini ucapan itu tidak pernah lupa ia ucapkan dan tidak pernah kulewatkan begitu saja..begitu suara kuda jepang kesayanganku sampai didepan rumah,Dengan Bangga dan Lantang dia mengatakan kepada teman-temannya,
"Ini Ayah Dedek...".
Tuinggg...melayang serasa tidak berpijak lagi rasanya mendengar kalimat itu. Kalimat singkat itu cukup bagiku untuk menggambarkan betapa bangganya dia memiliki ayah seperti diriku, padahal dibandingkan dengan ayah-ayah yang lain mungkin aku tiada apa-apanya..Tapi baginya ayahnya ini adalah ayah terbaik yang dia miliki. Dan Begitu kalimat itu ia ucapkan aku pasti membalasnya dengan pelukan erat sampai hitungan sepuluh selesai diucapkannya..
Terima Kasih Nak telah mengajarkan ayah bangga dan bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang... Dan InsyaAllah ayah akan terus berusaha menjadi ayah yang engkau banggakan.. Apakah anda juga merasakannya?I Hope So..dan nikmatilah saat indah itu,karena saat itu tidak akan pernah terulang... Hadi

Senin

Subuh "Terindah"

"Yaa Arhamarrahimiiinnn..Irhamnaa.." "Yaa Arhamarrahimiiinnn..Irhamnaa.." "Yaa Arhamarrahimiiinnn..Irhamnaa.."
Sayup-sayup terdengar dari mesjid dekat istana mungil yang kami tempati. Kali ini aku tidak tahu kenapa tiba-tiba merasa ada yang memaksaku untuk bangun dan bergerak melangkahkan kaki menuju suara itu. Sebuah keinginan yang tidak bisa dibendung lagi. Kerinduan yang begitu menyesaki dada ini. Aku sudah tidak ingat lagi kapan terakhir aku selalu bergegas ketika PanggilanMu aku dengar...begitu lama masa itu sehingga untuk sekedar mengingatnya pun tidak bisa.
Betapa selama ini aku disibukkan dengan mimpi-mimpi fana yang semakin cepat kukejar semakin menjauh pula mimpi-mimpi itu. Ya...begitu lama aku tidak pernah menginjakkan kakiku dirumah Penguasa Alam ini,rumah yang bagi sebagian orang begitu tenang dan damai namun tidak untuk orang lainnya. Ya..Rumah itu..rumah yang hanya ramai pada saat hari jumat dan hari raya..rumah yang seakan tak berpenghuni dikala hari biasa..
Dan Hari itu adalah hari yang tidak akan aku lupakan..sebuah langkah kecil yang membawa ketenangan hati ini telah aku mulai..tangisan hari itu menjadi tangisan terindah yang tidak akan pernah kulupakan..semoga hari itu menjadi pengingat saat mulai terbuai keindahan sementara ini..benar yang dikatakan seseorang kepadaku,"kalau ingin merasakan ketenangan dunia,bangunlah diwaktu subuh dan bergegaslah memenuhi panggilanNya,maka akan kau rasakan ketenangan hati yang tidak pernah engkau rasakan selama ini".
"Alhamdulillah..Ya Allah..aku sudah merasakannya dan biarkan aku terus menikmati itu"
Hadi Prayitno
Note: "Alhamdulillah barisan itu makin bertambah"

Rabu

"Pertama" (Irfan Z_TDA)

Diambil dari catatannya Mas Cosa Aranda di FB (http://www.facebook.com/note.php?note_id=62318187745):
Sebagai seorang entrepeneur (atau pun netpreneur), membuat sebuah terobosan penting adanya. Ide yang kreatif dan inovatif merupakan salah satu kunci keberhasilan mereka. Selisih satu hari saja kadang bisa membawa banyak perbedaan. Namun bukan berarti menjadi yang pertama adalah sebuah jaminan sukses.
Tahukah Anda siapa penemu bola lampu? Saya yakin hampir semuanya akan menjawab Thomas Alva Edison, karena memang nama itu yang diajarkan oleh guru kita pada saat kita duduk di bangku sekolah. Ya kan? Tapi sebenarnya, Edison bukan lah orang yang pertama kali menemukan bola lampu pijar. Nah loh.Adalah orang bernama Joseph Swan yang berasal dari dataran Newcastle, Inggris. Beberapa bulan sebelum Edison kegirangan karena penemuannya sukses, Swan bahkan sudah mendemokan sistem bola lampu pijar ciptaannya kepada pemerintah Inggris. Sayangnya, justru itulah letak kesalahannya.Swan terlalu berambisi untuk menggantikan semua sistem bola lampu gas yang digunakan di jalan-jalan Inggris saat itu. Karena teknologi yang belum memadai, akhirnya usaha tersebut gagal dan produknya dianggap kurang mumpuni.Berbeda dengan Swan, Edison menerapkan pepatah 'sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit', hehehe. Alih-alih pamer ke pemerintah US, ia sowan ke rumah J.P Morgan, milyuner tersohor yang duitnya segudang, dan mendemonstrasikan bola lampu pijar ciptaannya. Morgan terpesona dan ia pun memberikan dana pengembangan yang cukup lumayan kepada Edison.Jadi begitulah, satu demi satu Edison mengubah sistem bola lampu yang ada saat itu dengan sistem pijar. Dan seperti sudah kita ketahui sekarang, ia pun terkenal dan dianggap sebagai penemu bola lampu pijar, meninggalkan Swan yang gigit jari di seberang lautan. Kasian yah?
Lain Thomas Alva Edison, lain juga Cipto.Pada bulan Agustus 2008 lalu, kebetulan kampung tempat tinggal Cipto mengadakan berbagai acara untuk menyambut tujuhbelasan. Salah satunya adalah lomba balap kelereng maraton, 10km melintasi 5 kampung. Tahu lomba balap kelereng kan? Itu loh, lomba lari yang mana pesertanya harus membawa kelereng di atas sebuah sendok (ujung sendok digigit dengan gigi peserta). Nah, Cipto yang setiap minggu selalu rajin berolahraga lari pagi keliling kampung pun tertarik untuk mengikuti lomba balap kelereng ini. Hadiahnya pas banget dengan yang lagi ia cari, LCD TV 42 inci. Full HD pula. Busyet, kaya banget ya kampungnya, hehehe.Singkat cerita, pada hari H, Cipto menggunakan kostum olahraga favoritnya. Pagi harinya ia juga tidak lupa minum vitamin dan 4 kuning telur. Sekedar untuk menambah stamina agar tidak kecapekan di tengah jalan. Berhubung oleh panitia masing-masing peserta diminta membawa sendiri sendok dan kelerengnya, Cipto pun tidak lupa mengantongi sendok kesayangannya dan kelereng berwarna silver yang ia beli di depan SD Inpres sehari sebelumnya.Tepat pukul 7, panitia meminta seluruh peserta untuk bersiap di garis Start. Cipto bergegas menuju ke tempat yang diminta. Sendok yang ia bawa juga langsung ia gigit di mulut. "Biar begitu mulai bisa langsung lari," pikirnya.Semenit kemudian, panitia melambaikan bendera menandakan acara lomba balap kelereng maraton dimulai. Tanpa pikir panjang, Cipto segera melangkahkan kakinya. Cepat dan mengikuti irama 2 ketukan, hehehe. Yang mengherankan, ternyata begitu ia melangkah, penonton lomba langsung bersorak dan mengelu-elukan nama Cipto. Terkaget-kaget Cipto mencoba melirik ke kiri dan kanan. Dan memang benar, silih berganti mereka memanggil-manggil nama Cipto, bahkan terkadang melambaikan tangan ke arahnya."Wah, ini pasti karena mereka yakin aku bakal jadi pemenang di lomba ini", pikir Cipto ge-er.Begitulah. Dengan penuh semangat, Cipto pun melalui kilometer demi kilometer lintasan lomba. Hingga akhirnya, BRETTT, ia pun berhasil menjadi yang pertama melewati pita yang terpasang di garis finish."Berhasil, berhasil, horeee!", teriak Cipto menirukan gaya Dora, di tengah suara penonton yang sejak ia mendekati garis finish memang semakin nyaring menyerukan namanya.Tak lama, seorang panitia mendekati Cipto dan mengulurkan tangannya."Selamat mas Cipto, Anda berhasil menjadi nomer 1 yang masuk ke garis finish, jauh di depan peserta-peserta yang lain".Hidung Cipto kembang kempis, membayangkan LCD TV yang akan ia bawa pulang."Namun maaf," si panitia melanjutkan, "Mas Cipto terpaksa kami diskualifikasi karena dari awal lomba di sendoknya tidak ada kelereng..."Walah, ternyata gara-gara terlalu bersemangat, Cipto lupa meletakkan kelerengnya di sendok, hahaha.
Oke, oke, cerita yang kedua memang fiktif (kesamaan nama dan peristiwa adalah kebetulan belaka), namun ada hikmah yang bisa kita petik dari kedua cerita di atas.Di cerita pertama, kita belajar bahwa menjadi yang pertama saja tidak cukup, harus ada follow-up yang strategis.Jika bicara masalah jualan, tentu yang dimaksud dengan follow-up di sini adalah dari sisi pemasarannya. Marketingnya. Jika jeli, banyak tho produk-produk inovatif di pasaran. Namun dari keseluruhan, hanya ada beberapa persen saja yang bertahan.
BCA bukan yang pertama menggunakan mesin ATM, namun sekarang, untuk masalah ATM mereka nomer satu di Indonesia.Selain marketing, support juga perlu. Jangan setelah dagangan laku kemudian tinggal gelanggang colong playu. Kayak penjual DVD bajakan tuh, bilangnya udah ORI, ternyata masih kualitas bioskop. Minta dituker kasih 1001 alasan. Payah. *curhat*
Berikutnya, di cerita kedua, kita belajar bahwa untuk menjadi yang pertama, kita harus memiliki persiapan yang matang. Agar gelar 'yang pertama' yang nanti kita dapatkan tidak numpang lewat, namun akan terus bersemayam hingga akhir hayat *dramatis banget, heheh*
Sebagai contoh, di suatu daerah kebetulan belum ada yang menjual bakso. Ada penjual nasi bungkus (my favourite), nasi padang, nasi goreng, dan sebagainya, namun tidak ada satu pun yang menjual bakso. Apa berarti daerah ini berprospek untuk dijadikan wilayah berjualan bakso?Ya Anda bisa saja menjadi yang pertama berjualan bakso di situ. Namun bukan tidak mungkin penduduk daerah tersebut memang tidak ada yang suka makan bakso...Paham kan?Jadi yang pertama juga bisa bikin orang sebel loh. Yang sering saya alami, pada saat lampu merah, pengendara-pengenda ra sepeda motor langsung ngusrug ke barisan depan, menutupi kendaraan roda empat yang lain. Pas giliran lampu berubah menjadi hijau, eh mereka malah gak sadar, dan cuman bengong di atas motornya. Kalo sudah demikian, buat apa mereka ada di depan?Maaf, curhat lagi :)
Ngomong-ngomong soal 'pertama', alkisah, Komeng diterima bekerja di sebuah perusahaan elite sebagai manajer keuangan. Berhubung urusan dengan duit, pimpinan perusahaan memberitahukan dia nomor kode kombinasi brankas milik perusahaan. Sejak saat itu, setiap kali ada bagian yang membutuhkan dana perusahaan, maka Komeng yang akan mengambilkannya dari brankas.Seminggu berlalu, sang pimpinan baru menyadari kebiasaan si Komeng. Setiap kali akan mengambil uang di brankas, ia selalu menunduk ke bawah dan mulutnya tampak berkomat-kamit. Ia pun kemudian memanggil Komeng ke ruangannya."Meng, saya baru tahu kalau ternyata kamu orang yang religius. Saya lihat setiap kali kamu mau mengambil uang dari brankas, kamu selalu berdoa terlebih dahulu. Pasti kamu mendoakan agar uang tersebut digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan, kan?""Bukan pak," jawab Komeng, "Saya baru pertama kali ini diserahin brankas. Dan berhubung saya orangnya pelupa, jadi kode kombinasi brankasnya saya tulis di lantai depan brankas".
Diambil dari tulisan mas Irfan Z anggota komunitas TDA sebagai bacaan motivasi kami sekeluarga...terima kasih mas atas inspirasinya...
Salam SuksesMulia
hadi

Selasa

Infaq, Perniagaan yang Tidak Pernah Rugi

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi." (QS Fathir {35}:29)
Ada seorang pengusaha sukses di Indonesia yang memulai karirnya dengan membuka sebuah bisnis makanan dan kini telah merambah seluruh tanah air dengan puluhan outlet dan cabangnya.Dalam tempo ?yang tidak terlalu lama, usaha makanan lezat yang ia rintis berkembang dengan begitu menggurita. Masyarakat pun banyak menggandrungi makanan yang disajikan oleh ‘brand’ restoran miliknya.Suatu saat pernah, beliau menjadi sponsor utama sebuah seminar zakat yang diadakan di kota Medan. Usai menyampaikan materi seminar, para pembicara diajak untuk menikmati santap siang di salah satu restoran milik sang pengusaha.Ketika santap makan siang berlangsung, salah seorang pembicara menyela dengan sebuah pertanyaan kepada pemilik restoran, “Pak, boleh dong berbagi cerita kiat sukses merintis bisnis kayak begini. Sepertinya bapak gak terlalu lama membangun bisnis ini tapi kok langsung menggurita sampai seluruh tanah air. Apa sih rahasianya?” Sambil tersenyum penuh rasa syukur, pengusaha ini menjawab dengan nada yakin: “Pak Ustadz, sama seperti pengusaha lain, saya merintis ini dengan jatuh-bangun. Namun, sejak saya bertekad untuk menaikan zakat saya hingga 5% dari penghasilan. Subhanallah… Allah berkenan memberikan rezeki yang melimpah kepada saya, keluarga dan semua orang yang terlibat dalam usaha ini.” Ia menambahkan, “Saya amat percaya, semakin banyak kita membantu Allah, Dia pun akan lebih banyak lagi akan memberikan balasannya kepada kita. Dan itu telah kami rasakan kebenarannya!”Allahu Akbar… Allah Maha Besar… Dia mampu untuk memberikan balasan yang begitu berkah bagi hamba-Nya yang mau berniaga kepada-Nya.Itu cerita dari pulau Sumatera, tepatnya di kota Medan. Lain lagi kisah seorang pengusaha berkah dari Provinsi Jawa Tengah. Banyak usaha yang ia tangani. Mulai dari percetakan, penerbitan, institusi pendidikan, pelayanan haji & umrah, yayasan-yayasan social, dan banyak lagi. Bagi saya, jumlah usaha & kegiatan yang beliau tangani sulit dihitung dengan jari. Terakhir saya dengar, beliau tengah membangun sebuah hotel syariah di bilangan kota yang cukup strategis dengan biaya miliaran rupiah. Hal yang lebih membuat kagum adalah…, semua usaha yang beliau bangun berjalan dengan lancar dan memberi hasil yang tidak sedikit.Subhanallah…, dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, beliau amat terampil untuk mengelola semua usahanya. Saya penasaran untuk mengetahui rahasia kesuksesan di balik itu semua. Sampai pada akhirnya, salah seorang staffnya bercerita kepada saya bahwa beliau selalu menginfak-an hampir 30% dari penghasilannya di jalan Allah Swt.Kala krisis moneter, perusahaan percetakan miliknya hampir bangkrut sama seperti usaha yang lain. Sebuah kebijakan yang ia tempuh terdengar aneh saat itu. Para karyawannya yang berjumlah ratusan, tidak ia rumahkan. Bahkan beliau tambahkan gaji mereka. Sehingga membuat karyawan tersebut senang, tidak resah dengan harga bahan pokok yang menggila pada saat itu, dan akhirnya…. mereka pun berdoa untuk kebaikan pemilik usaha. Subhanallah… siapa yang suka memberi, ia pasti akan diberi. Oleh siapa, ya… oleh Sang Maha Pemberi, Al Wahhab!Perniagaan yang tiada merugi… itulah salah satu jaminan bagi orang yang suka berinfak.Cobalah simak hadits 567 bab 60 dalam kitab Riyadhus ShalihinI! Di sana Nabi Saw berkisah, ada seorang petani di Madinah… ia berdiri di antara kebun kurmanya yang kering kekurangan air. Pohon tidaklah subur, sementara buah-buahan tidak muncul dengan baik. Ia khawatir, bila kekurangan air maka kebun tidak akan memberi hasil maksimal untuk kebutuhan hidup ia dan keluarga. Ia menengadah ke arah langit. Kedua tangannya, ia angkat setinggi mungkin seraya merapal lafal-lafal doa kepada Allah agar kebunnya diberi air hujan.Tak lama sejak itu, Allah mengirimkan awan untuk berkumpul. Beriringan sedikit demi sedikit, awan berkumpul dengan cukup lebat di atas kebunnya. Sang petani tersenyum kegirangan. Dalam hatinya, ia berucap… “Allah mengabulkan doa & permintaanku tadi!” Namun sebaliknya yang terjadi. Terdengar olehnya sebuah suara yang berasal dari langit dan berbunyi, “Wahai awan, pergilah ke tanah si Fulan…!”Maka berjalanlah awan ke arah lain, ke tempat yang tidak diketahui oleh si petani yang baru saja berdoa. Kekesalan membuncah dalam batin sang petani. “Mengapa hujan tidak jadi turun di tanahku?” gumamnya. Ia pun penasaran. Ia berlari dan terus berlari. Mengikuti kemana awan akan berhenti dan menurunkan air yang dikandungnya.Sampai di suatu tempat yang subur... daunnya rimbun… dan memiliki air yang banyak. Awan pun berhenti dan mencurahkan segala air yang berada di dalam perutnya. Si petani menatap keheranan…, tatkala dilihatnya ada seorang pria bersahaja yang sedang berdoa syukur kepada Tuhan karena telah memberi rahmat pada tanahnya.Saat itu, si petani memanggil nama si pemilik tanah. Sang pemilik tanah merasa heran lalu bertanya, “Saudara, dari mana Anda tahu namaku?” “Itulah saudaraku, aku sendiri ingin bertanya sebaliknya, amalan apa yang membuat usahamu begitu berkah hingga namamu ku dengar dari suara langit yang memerintahkan awan untuk menurunkan hujan di sini…, di tanahmu!” Subhanallah! Bukankah ini sebuah prestasi hebat, hingga membuat nama seseorang disebut di langit?Si pemilik tanah mencoba menjawab pertanyaan petani, “Saudara, belum ada orang yang aku beritahukan tentang amalan yang aku kerjakan sehingga membuahkan hasil sedemikian. Namun karena engkau telah tahu sebagian rahasia ini… dan juga karena engkau telah menanyakannya, maka tak layak bagiku untuk merahasiakannya lagi.” “Ceritakanlah padaku, wahai Saudara!” gegas si Petani sebab penasaran.“Rahasianya mungkin adalah…. Setiap kali kebun dan tanah ini memberi hasil, hanya sepertiga darinya yang aku makan. Sepertiganya lagi aku kembalikan kepada tanah ini sebagai tambahan modal. Lalu sepertiganya lagi, aku berikan kepada Allah Swt sebagai infakku di jalannya. Itulah amalan rutin yang aku kerjakan sehingga membawaku pada hasil yang sedemikian.”Subhanallah….! Pemilik tanah tersebut memberikan sepertiga dari penghasilannya untuk Allah Swt. Tak pelak, Allah Swt pun memuliakannya. Saudaraku…, bila dalam merintis usaha, perniagaan, perdagangan atau apapun yang kita lakukan… bila kita sering mengalami kerugian, kebangkrutan, kredit macet dan lain sebagainya yang dapat membuat usaha kita mengalami kemunduran. Maka…, cobalah resep di atas! Insya Allah, Anda akan merasakan apa yang mereka rasakan, yaitu Perniagaan yang Tiada Merugi Disebabkan Infak di Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selamat Mencoba!
Dikutip dari http://www.kaunee.com/ untuk mengingatkan keluarga najwa...

Bolehkah Kami Numpang Shalat Disini?

Artikel - Cahaya Langit Terkadang untuk menyampaikan sebuah kebenaran tidak perlu ceramah dan retorika. Tutur kata yang santun & perilaku mengesankan dapat membuat seseorang simpati lalu jatuh hati. Ubaid adalah seorang pegawai. Belasan tahun sudah ia bekerja di sebuah bank swasta. Orangnya jujur, rajin dan taat beribadah. Agama baginya bukan hanya di masjid dan dinikmati sendiri. Namun agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesama sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.Ubaid beruntung karena mendapatkan fasilitas KPR dari kantornya. Dua minggu sudah ia mencari-cari rumah yang sesuai dengan plafond kantor dan sesuai pula dengan keinginannya. Allah Swt menunjukkan rumah yang sesuai untuknya di sebuah bilangan di Ciputat - Tangerang, Cirendeu tepatnya.Ubaid menceritakan kepada istrinya rumah yang baru saja dilihat. Sore itu Ubaid berjanji untuk mengajak istrinya untuk melihatnya sekaligus meminta persetujuan atas rumah yang dimaksud.Setengah enam sore, Ubaid & istri berangkat dari rumah menuju Cirendeu. Baru separuh jalan, terdengarlah kumandang adzan Maghrib. Mendengarnya, Ubaid berujar kepada istrinya , "Shalat Maghrib kita numpang saja ya di rumah yang mau kita lihat..!" Istrinya pun mengiyakan usul Ubaid.Ubaid & istri sampai di rumah itu. Pemilik rumah menyambut mereka dengan seulas senyum. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Dalam pembicaraan yg mereka lakukan, Ubaid & istri mengetahui bahwa ibu pemilik rumah adalah seorang janda usia 50 tahun lebih beranak dua."Berapa bu rumah ini mau dijual?" tanya istri Ubaid kepada pemilik rumah. "Saya mau lepas dengan harga 300 juta" sahut pemilik rumah. "Gak boleh kurang?" tandas istri Ubaid. "Itu juga sudah murah... Kemarin ada yang tawar 260 juta saya gak kasih" jawab pemilik rumah. Mendengarnya Ubaid & istri menjadi paham harga yang diinginkan pemilik rumah, namun plafond dari kantor untuk Ubaid hanya Rp 250 juta. Ubaid & istri saling berpandangan. Budget mereka tidak sesuai dengan harga rumah yg diinginkan.
Ubaid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah...! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Ubaid & istri belum shalat Maghrib...
Ubaid lalu berkata kepada pemilik rumah, "Ibu, boleh kami numpang shalat di sini?"
Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis. Tampak kebingungan & sedikit tegang. Ubaid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, "Kalo gak boleh shalat di sini, masjid yang terdekat dimana ya...?"Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah "Masjid jauh dari sini!!!" Ubaid pun menjadi bingung atas sikap & jawaban dari pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Ubaid & istrinya harus segera shalat Maghrib, ia pun berujar, "Kalo gak boleh shalat di dalam rumah, bolehkah kami shalat di teras?" Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Ubaid & istrinya shalat Maghrib di teras rumah. Tanpa alas apapun sebagai sejadah mereka.
Usai shalat, Ubaid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Ubaid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau. "Malam itu akhirnya gak ada angka yang pas buat kita, beliau maunya 300 juta, padahal saya hanya boleh ngambil KPR maksimal Rp250 juta" demikian Ubaid bercerita kepada saya. "Namun pak, aneh sungguh aneh luar biasa.... keesokan paginya, ibu pemilik rumah menelpon ke hp saya!" Ubaid melanjutkan ceritanya. Kalimat terakhir yang ia ucapkan membuat saya bertanya ada apa gerangan.Ubaid bercerita bahwa pemilik rumah itu bertanya lewat pembicaraan telpon pagi-pagi sekali, "Pak Ubaid, saya nelpon cuma mau tanya, apakah setiap rumah yang hendak bapak beli harus disembahyangin dulu...?!" Saat Ubaid sampaikan kalimat itu, dahi saya berkernyit dan membuat saya berujar, "Maksudnya apa?" "Itu dia pak..., saya pun menanyakan hal yang sama kepada ibu itu?!" sahut Ubaid. Lalu Ubaid menceritakan bahwa ibu pemilik rumah itu menanyakan kepadanya apakah setiap rumah yang mau dibeli harus dishalatin dulu?"Saya bilang sama ibu tadi bahwa saat itu kami berduabelum shalat Maghrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk... jadi apa yang kami lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak...!" Ubaid menjelaskan kalimat yang ia sampaikan kepada ibu pemilik rumah. "Tapi pak..., ibu itu berkata bahwa entah kenapa usai saya & istri pulang ia merasa cocok dan menjadi tenang hatinya, makanya pagi itu beliau menelpon ke hp saya" Ubaid menambahkan.Lebih panjang Ubaid bercerita kepada saya bahwa ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ia ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah. "Sekarang, ibu itu tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelpon atau berkunjung ke rumah. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi katanya" Ubaid menjelaskan kepada saya. "Rumah itu sudah kami beli darinya. Harganya pun amat menakjubkan...! Jauh dari dugaan kami semula... Kami membelinya dengan harga Rp 220 juta saja!!!" tambah Ubaid. Saya takjub mendengarnya. "Lebih hebatnya lagi..., sampai sekarang rumah itu baru separuh kami bayar. Bukan karena keinginan kami, tapi keinginan ibu itu!!!" tegas Ubaid. Saya langsung bertanya keheranan , "Kok bisa begitu...?" "Dia bilang bayar saja sisanya kalau saya sudah merasa puas belajar ibadah kepada pak Ubaid dan keluarga...!" Ubaid menutup kalimatnya sambil tersenyum.
Subhanallah.... kisah itu begitu berarti bagi saya yang mendengarnya. Terkadang bila ibadah sudah mewujud dalam akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!
Jazakumullah Ubaid atas inspirasinya! Salam Bobby Herwibowo http://www.kaunee.com/ Dikutip dari http://www.kaunee.com/ (website yang penuh dengan inspirasi),terima kasih Pak Bobby,kisah ini akan menjadi pengingat saya dan keluarga...

Taubat & Istighfar untuk Dosa 200 Kali Zina (kaunee.com)

Dikutip dari www.kaunee.com
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. 39:53)
Pagi itu di Madinah Al Munawarah dalam sebuah kesempatan Umrah di tahun 2007, seorang ustadz pembimbing dihadang oleh seorang jemaahnya saat sarapan pagi di restoran hotel. Jemaah tersebut meminta waktu sang ustadz untuk berkonsultasi sedikit dari permasalahan. "Ustadz..., apakah bila seseorang mempunyai dosa yang menggunung kemudian dia bertaubat dan minta ampun kepada Allah maka taubatnya akan diterima?" Sambil tersenyum sang ustadz menjawab enteng, "Tentu taubatnya akan Allah terima!" "Tapi ustadz, ada seorang sahabat saya yang kebetulan sedang berumrah dan ada di Madinah saat ini, dan ia ragu kalau taubatnya tidak diterima oleh Allah...!" sambung sang jemaah. "Mengapa ia masih ragu?!" sahut pak ustadz. "Sebab dia pernah melakukan dosa zina, Ustadz!" tandas sang jemaah. Sambil menampakkan wajah penuh keteduhan dan keseriusan, sang ustadz berkomentar, "Peluang untuk bertaubat akan senantiasa terbuka untuknya...!". "Tapi ustadz, zina yang dia lakukan nggak cuma sekali...!" jelas sang jemaah. "Memangnya berapa kali zina yang dilakukannya...?" tanya sang ustadz penasaran. "100 kali zina mungkin pernah dia lakukan, Ustadz!" imbuh sang jemaah. "Astaghfirullahal Adzhiim....!" terdengar sang ustadz beristighfar sebab kaget mendengarnya. Terlihat rona dan mimik wajah sang ustadz berubah sebab keterjutan itu. Mendapati hal itu sang jemaah bertanya sekali lagi kepada gurunya tadi, "Kalau dosa zina sebanyak itu..., apakah ada kesempatan bertaubat untuknya, Ustadz?!" Sang ustadz mengela nafas kemudian berkata, "Tentu..., kesempatan bertaubat akan selalu terbuka untuknya. Kedua tangan Allah Swt akan terbentang di waktu malam, agar orang yang berdosa di waktu siang sempat bertaubat. Kedua tanganNya pun akan selalu terbuka di waktu siang, agar orang yang berdosa di waktu malam sempat untuk bertaubat. Pintu taubat selalu terbuka untuk hamba Allah sepanjang waktu. Baik siang, malam, pagi ataupun petang...!!!" Mendengar penjelasan ini sang jemaah merasa agak nyaman. Terdengar jemaah itu bergumam lalu ia pun melanjutkan bicara, "Kayaknya sahabat saya itu tidak berzina sebanyak 100 kali deh, Ustadz! "Mendengarnya sang ustadz berharap dalam hati bahwa angka zina yang dilakukannya tidak mencapai sebanyak itu. Namun sang ustadz teramat kaget begitu mendengar sang jemaah melanjutkan kalimatnya. "Kayaknya 200 kali zina juga lebih dia lakukan...!!!" imbuh sang jemaah. "ASTAGHFIRULLAHAL AZHIM....!!!" sang ustadz beristighfar kepada Allah dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tak terbayang oleh sang ustadz tentang sosok hamba Allah Swt yang berani melakukan dosa zina sebanyak itu. Sang ustadz merenung dan memikirkan kelakukan manusia bejat ini, hingga rona wajah sang ustadz sungguh berubah secara drastis. Mendapatinya sang jemaah kembali mengejar, "Ustadz, kalau dosa sebanyak itu.... apakah bila ia bertaubat maka akan diterima oleh Allah?!" Berat sebenarnya sang ustadz menata hati saat mendengar peristiwa ini. Namun sang ustadz mencoba untuk tersenyum dan meyakinkan jemaahnya dengan ucapan, "Meski dosa tiada terhitung. Meski dosa setinggi langit, bahkan bila dosa itu sepenuh bumi. Selagi sang hamba bertaubat dan beristigfar kepada Allah, maka pasti Allah Swt akan menerima taubat dan memberi ampunan untuknya! Jawaban ustadz terakhir membuat sang jemaah merasa lega. Ia mulai tersenyum dan kemudian mengatakan, "Alhamdulillah...., kalau memang demikian maka saya akan menyampaikan kabar ini kepada sahabat saya itu. Semoga ia yakin bahwa taubatnya akan Allah terima. Tapi ustadz, supaya dia bisa dengar langsung... bisakah saya ajak dia untuk bertemu dengan ustadz?". "Dengan senang hati saya bersedia berjumpa dengannya. Silakan datang ke kamar 709. Saya tunggu ya di kamar pukul 8 pagi ini...! terang pak Ustadz. Sejurus kemudian sang ustadz meninggalkan jemaahnya di meja restoran. Beliau pergi menuju kamarnya sambil terus berucap istighfar kepada Allah Swt karena sulit membayangkan betapa besar dosa yang dilakukan oleh hamba Allah Swt seperti yang diceritakan jemaahnya. Beliau masuk ke kamar, lalu tepat pukul 8 pagi, sang ustadz mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Sang ustadz sigap bangkit untuk membuka pintu, dan ia menduga di balik pintu kini sudah berdiri dua orang manusia. Pertama adalah jemaah yang sudah dikenalnya, dan satunya lagi adalah sahabat jemaahnya yang katanya pernah melakukan dosa zina bahkan 200 kali lebih! *** Sayang..., begitu sang ustadz membuka pintu ternyata di sana hanya berdiri sesosok pria yang tiada lain adalah jemaahnya sendiri. "Mana sahabatmu yang mau konsultasi...?" sang ustadz menanyakan. "Tadinya dia sudah mau ke sini, namun setelah berpikir beberapa lama ia mengutusku saja untuk menemui ustadz. Dia bilang, ia malu berjumpa dengan ustadz!" jelas sang jemaah. "Ya sudah kalau begitu, silakan masuk!" sahut pak ustadz. Jemaah itu kemudian masuk ke kamar sang ustadz. Dia duduk di salah satu kursi yang ada dalam kamar itu. Sedikit pembicaraan awal pembuka suasana mulai terdengar, hingga sang jemaah itu kembali bertanya hal yang sama kepada sang ustadz, "Apakah bila dosa zina bahkan hingga lebih 200 kali akan bisa diampuni oleh Allah bila sang hamba mau bertaubat...?!" Sang ustadz mencoba meyakinkan dengan berbagai macam dalil Al Quran dan hadits yang menyatakan bahwa Allah Swt adalah Maha Penerima taubat. Berkali-kali usai membacakan dalil sang ustadz menegaskan, "Pasti Allah Swt akan menerima taubat hambaNya!!!" Jawaban-jawaban ustadz itu rupanya sudah cukup melegakan bagi sang jemaah. Usai berdiskusi selama setengah jam lamanya akhirnya sang jemaah kemudian menyalami tangan sang ustadz. Dengan mata berkaca-kaca jemaah itu kemudian berkata, "Ustadz mohon maaf ya..., orang durjana yang berzina lebih dari 200 kali itu tiada lain adalah saya orangnya!!!" Bagai disambar petir sang ustadz teramat kaget mendengarnya. Seolah tak percaya mendengar penuturan itu, kedua mata sang ustadz memandangi jemaahnya yang kini sedang menangis di hadapannya mulai dari atas ke bawah hingga dia pandangi dengan cara yang sama berulang-ulang. "Kok bisa ya, ia melakukan semua dosa ini...?!" gumam sang ustadz dalam hati. Namun sang ustadz menyadari bahwa ia sudah menjamin pintu taubat bagi pelaku zina sebanyak ini. Ia tidak akan menarik ucapannya lagi! Akhirnya sang ustadz memeluk jemaahnya dan ada kehangatan iman yang kini menjalar masuk menembus relung hati sang jemaah. "Maafkan saya, Ustadz! Saya harus berbohong dalam masalah ini. Saya semula khawatir ustadz akan marah kepada saya bila tahu saya melakukan dosa sebanyak ini... Makanya saya berpura-pura bahwa yang melakukan ini adalah sahabat saya. Sungguh saya ingin bertaubat kepada Allah Swt atas semua dosa zina yang pernah saya lakukan. Apalagi sekarang Allah Swt sudah beri saya seorang istri shalihah yang berjilbab. Bahkan dua orang anak saya adalah perempuan. Setiap kali mau pergi meninggalkan rumah, saya merasa amat khawatir bila mereka bertiga akan digagahi oleh pria lain, seperti yang sering saya lakukan dengan banyak wanita. Saya gak sanggup menanggung dosa ini, Ustadz...!!!" Sang ustadz merasa iba dan haru mendengar penuturan taubat seorang jemaahnya. Beberapa petuah untuk bertaubat dan beristighfar diajarkan oleh sang ustadz untuk ketenangan hati jemaahnya. Akhirnya usai mendapatkan ketenangan batin itu, sang jemaah berpamitan dan ustadz pun melepasnya hingga ke depan pintu kamar. Lalu pintu itu pun tertutup kembali. Sang ustadz menghirup nafas yang dalam usai tamunya pergi. Kini sang ustadz mulai mengerti betapa berat beban dosa yang dipikul orang pelakunya. Dan betapa usai bertaubat dan beristighfar kepada Allah terdapat banyak kedamaian, ketenangan dan ketentraman jiwa. "Sungguh taubat & istighfar akan membawa orang yang melaksanakannya bersih jiwa dan pikiran!!!" simpul pak Ustadz
semoga bisa menjadi pelajaran buat kita untuk terus bertaubat kepadaNya...
Web Hosting